Jejak Perjuangan Dr. Soebanrio

 

Menurut sumber :

Judul Buku : Dinas Dokumentasi ANP Indonesia, 1957, no.16, 20-04-1957
Penerbit : Badan Pers Umum Belanda-Gravenhage
Tahun : penerbitan 1957
Episode : 16
Tanggal : penerbitan 20-04-1957Jumlah halaman 42
Bahasa : Belanda

Terjemahannya Sebagai Beriklut :

Di balik megahnya kisah-kisah sejarah yang merajut kemerdekaan Indonesia, terdapat tokoh yang tak kalah hebatnya, yaitu seorang pria bernama Soebandrio. Dilahirkan di Kepandjen, dekat Malang, pada tanggal 15 September 1915, ia memulai perjalanan hidupnya dengan penuh semangat dan tekad.

Bakat intelektualnya menuntunnya ke jalan kedokteran, dan pada tahun 1942, ia melangkah ke Fakultas Kedokteran di Jakarta. Namun, takdir membawanya ke jalan yang berbeda saat Jepang menjajah Indonesia. Soebandrio, dengan teguh pada keyakinannya, menolak tunduk pada kekuasaan yang tak diakui. Akibatnya, ia terpaksa meninggalkan jabatannya sebagai asisten ruang operasi di Rumah Sakit Sipil Pusat Jakarta.


Tidak gentar di hadapan tantangan, Soebandrio menemukan panggilan baru di Semarang. Di sana, ia membuka klinik swasta dan menjadikannya sebagai panggung perjuangan melawan penindasan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, semangat patriotiknya semakin membara. Dia terlibat dalam politik dan menjadi bagian dari gerakan kemerdekaan yang membara.


Namun, perjalanan Soebandrio belum berakhir. Ketika Semarang jatuh ke tangan Belanda, dia pindah ke Surakarta. Di sana, dia melanjutkan perjuangannya dalam berbagai jabatan, dari pejabat Kementerian Penerangan hingga Sekretaris Jenderal. Tak hanya itu, panggilan diplomasi juga menghampirinya.

Pada tahun 1947, Soebandrio berangkat ke Belanda dan diangkat sebagai wakil Republik Indonesia di London. Perannya semakin berkembang, dari kuasa usaha menjadi duta besar di Uni Soviet. Namun, panggilan tanah air tak pernah luntur. Presiden Soekarno memanggilnya kembali ke Jakarta pada tahun 1956, mengamanatkannya sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri.

Kariernya semakin menanjak, mencapai puncaknya ketika ia menjadi Wakil Perdana Menteri dan Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri. Dengan tanggung jawab ganda, sebagai Kepala Badan Intelijen dan anggota Komando Operasi Tertinggi, Soebandrio membuktikan keberaniannya dalam setiap langkahnya.

Tapi di balik semua gelar dan jabatan itu, ada satu hal yang tak pernah berubah: dedikasinya pada Indonesia. Dengan hati yang penuh cinta dan jiwa yang berani, Soebandrio mendedikasikan hidupnya untuk bangsa dan negara, menjadi salah satu merajut dalam lembaran sejarah Indonesia.



Menurut sumber lain :
https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Subandrio_43126__eduNitas.html

Soebandrio, seorang tokoh yang tak kenal lelah dalam melayani negara, menerima panggilan dari Presiden Soekarno pada tahun 1956. Panggilan tersebut membawa perubahan besar dalam karirnya yang gemilang. Dipanggil pulang ke Jakarta, ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, sebelum akhirnya menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Tidak puas dengan prestasi tersebut, Soebandrio terus mengejar tantangan baru. Pada tahun 1960, namanya kembali mencuat ketika ia dipilih sebagai Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Dwikora I. Perannya semakin beragam, ketika dua tahun kemudian ia diamanahkan sebagai Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri.

Namun, keberanian dan keteguhan Soebandrio tak berhenti di situ. Dia bukan hanya seorang diplomat, namun juga seorang pemimpin yang mampu mengemban tanggung jawab ganda. Merangkap ketiga jabatan tersebut sebagai Sekretaris Jenderal, Menteri, dan Wakil Perdana Menteri, serta menjadi Kepala Badan Pusat Intelijen, adalah bukti dari kemampuan dan dedikasinya yang luar biasa.

Namun, tanggung jawabnya tidak berhenti di ranah politik. Soebandrio juga turut serta dalam peran militer sebagai anggota dari Komando Operasi Tertinggi dalam Operasi Dwikora dan Trikora. Pangkat Marsekal Madya di TNI Angkatan Udara yang disandangnya menjadi saksi dari kontribusinya yang beragam dan luas bagi Indonesia.

Dalam setiap langkahnya, Soebandrio tidak pernah lelah berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Kepemimpinannya, baik dalam diplomasi maupun dalam bidang militer, telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah Indonesia. Ia adalah contoh nyata dari seorang patriot yang tanpa pamrih mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan dan kehormatan tanah airnya.

Sejarah Sungai Molek Kepanjen

ditulis : Agung Cahyo Wibowo




Peran Sungai Molek begitu vital bagi kehidupan sehari-hari warga sekitar yang banyak mengunakan adalah gadis dan ibu-ibu untuk cuci pakaian, mandi dan mencuci beras maka dipinggir sungai kelihatan tubuh wanita 
disebut
 ④ "MOLEK". 

Dengan keterangan cerita diatas  penulis mencoba memberi tahu tentang asal usul "nama sungai Molek" betrdasarkan keterangan 

Selain sebagai sumber air irigasi yang membasahi sawah-sawah yang subur, sungai ini juga menjadi tempat mandi dan mencuci bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya penbangunan DAM Molek ini maka pada musim hujan tiba ancaman  banjir yang menimbulkan kerusakan bagi pemukiman dan lahan pertanian di sekitarnya sudah tidak lagi.

Ternyata, Kali Molek yang mengalir melalui Kota Kepanjen ini memiliki peran lebih luas. Ia adalah bagian dari daerah irigasi Induk Saluran Molek, sebuah sistem irigasi yang penting untuk pertanian di wilayah sekitar. Daerah irigasi Molek ini memanfaatkan air dari Bendung (DAM) Blobo untuk mengairi jaringan irigasi yang melintasi tiga kecamatan: Kepanjen, Kromengan, dan Sumberpucung. Wilayah ini mencakup 13 desa yang bergantung padanya untuk kesuburan tanah dan pertanian yang berkelanjutan. Desa-desa seperti Sukoraharjo, Penarukan, Cepokomulyo, Talangagung, Jatikerto, Slorok, Ngebruk, Sambigede, Jatiguwi, Sumberpucung, dan Karangkates, semuanya bergantung pada Sungai Molek untuk kelangsungan hidup mereka. Sungai Molek, dengan segala keunikan dan tantangannya, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan mata pencaharian masyarakat di sekitarnya.

Pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya untuk menjaga kebersihan dan ketersediaan air di Sungai Molek agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa program penghijauan dan penanaman pohon dilakukan untuk mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah di sekitar sungai. Selain itu, juga dilakukan kegiatan pembersihan sungai secara berkala untuk mencegah penumpukan sampah dan limbah yang dapat mencemari air sungai.


Sejarah Sungai Molek

Dalam buku De zegenrijke heeren der wateren: Irrigatie en staat op Java, 1832-1942 (1997: 162), Wim Ravesteijn membuat tabel yang berisikan Het Algemeen Irrigatieplan van 1890 (Rencana Irigasi Umum Tahun 1890). Pada urutan ke-21 tertulis proyek irigasi dengan nama "Molek Werken" (pembangunan saluran irigasi Molek) yang pelaksanaan konstruksinya dilakukan dari tahun 1901 hingga tahun 1904.


Pengerjaan proyek Molek werken ini dilakukan oleh Burgerlijke Openbare Werken (BOW) atau Dinas Pekerjaan Umum Sipil masa Hindia Belanda. Laporan Pekerjaan Umum Sipil Hindia Belanda meliputi jembatan dan jalan, pelabuhan, irigasi dan pengairan, tenaga air dan listrik serta kesehatan.

Melansir tulisan Hartveld dalam Raising cane : linkages, organizations and negotiations in Malang's sugar industry, East Java (1996: 77) disebutkan bahwa untuk mendukung kegiatan pabrik gula, Pemerintah Hindia Belanda membangun dua proyek irigasi di Kabupaten Malang, yakni irigasi Molek (Molek werken) dan irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken). Proyek Molek ini mampu mengairi sawah seluas 4.600 hektar di wilayah konsesi Pabrik Gula Panggungrejo, sedangkan proyek irigasi kedua mampu mengairi sawah seluas 4.700 hektar yang menjadi area konsesi Pabrik Gula Sempalwadak dan Krebet.

Daerah-daerah penghasil tebu di Malang antara lain Bululawang, Gondanglegi, Dampit, Kepanjen, Sumberpucung dan Wajak. Tanaman tebu dibudidayakan baik dalam skala besar oleh perkebunan besar maupun dalam skala lebih kecil secara swakarsa oleh rakyat.

Sungai Molek juga menjadi salah satu objek wisata alam yang menarik di Kecamatan Kepanjen. Anda bisa menikmati keindahan alam sekitar sungai dengan berjalan-jalan atau trekking di sepanjang aliran sungai. Namun, saat berkunjung ke sungai ini, pastikan untuk memperhatikan keselamatan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Setelah Indonesia merdeka, Kali Molek dikelola Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kepanjen dan wilayah UPTD Sumberpucung wilayah Kabupaten Malang. Untuk yang melintas Kota Kepanjen, di sekitar sempadan Kali Molek digunakan untuk ruang terbuka hijau. 

Sementara itu, peninggalan Shypon Metro sebagai bagian dari Molek werken, sekarang ini selain berfungsi sebagai ruang terbuka hijau juga digunakan untuk wisata nan eksotis dengan pipa-pipa air raksasa peninggalan Belanda di atas Kali Metro yang dikitari oleh rerimbunan pepohonan dengan diselingi kicauan burung dan suara riak air Kali Metro.

ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo