BAHASA DAERAH MALANG

 

Boso Walikan sebenarnya adalah sebuah bahasa yang sudah lama ada dan berkembang di daerah Malang sejak zaman kerajaan. Bahasa ini merupakan bentuk permainan kata atau kiasan, di mana urutan huruf pada suatu kata dibalik, sehingga suatu kata yang seharusnya "sapi" akan menjadi "ipas".

Pada saat perang kemerdekaan, para pejuang memang menggunakan bahasa ini sebagai sarana untuk berkomunikasi secara rahasia dan menghindari mata-mata Belanda. Namun, bukanlah para pejuang tersebut yang menciptakan bahasa ini, melainkan sudah ada sejak lama dan digunakan oleh masyarakat sekitar.

Saat ini, Boso Walikan masih digunakan oleh beberapa orang di daerah Malang sebagai bentuk permainan kata atau bahkan sebagai bahasa sehari-hari di antara mereka yang memang sudah terbiasa dengan bahasa ini. Namun, bahasa resmi di daerah Malang dan di seluruh Indonesia tetaplah Bahasa Indonesia.

Bahasa ini memiliki ciri khas dalam penggunaan urutan kata yang dibalik atau diubah, sehingga membuat pembicaraan sulit dipahami bagi orang yang tidak terbiasa dengan bahasa ini. Bahasa ini memang berkembang sejak lama di daerah Malang dan kemudian digunakan oleh para pejuang sebagai sarana komunikasi rahasia selama perang kemerdekaan.


 
Ciri-ciri boso Malangan
  1. Bahasa Malangaan memang merupakan bahasa walikan atau bahasa yang menggunakan teknik pengubahan urutan huruf pada kata-kata. Namun, seperti yang telah dijelaskan, bahasa Malangaan juga merupakan gabungan dari beberapa kata bahasa lain yang dianggap umum.

    Contohnya seperti ebes yang artinya "abah" = "bapak", dan "cu" atau "asrob" yang artinya "minum". Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Malangaan memiliki pengaruh dari bahasa-bahasa lain yang digunakan oleh masyarakat Malang.

  2. penggunaan kata-kata tertentu dapat menjadi ciri khas suatu daerah atau budaya. Sebagai contoh, di Malang mungkin terdapat kata-kata atau ungkapan yang lebih sering digunakan oleh masyarakat setempat daripada masyarakat di daerah lain.

    Penggunaan kata-kata tertentu juga dapat mencerminkan identitas dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menghargai penggunaan kata-kata yang khas bagi suatu daerah atau budaya, serta menghindari penggunaan kata-kata yang dapat dianggap kasar atau menghina.

  3. Penggunaan bahasa walikan cenderung digunakan dalam percakapan atau tulisan informal di Malang, namun tidak semua kalimat harus terdiri dari bahasa walikan. Penggunaan bahasa walikan tergantung pada preferensi dan kesepakatan antara pembicara atau penulis dan pihak yang menerima pesan tersebut, hati-hati kalau anda sekedar membalik akan kelihatan kalau anda adalah orang baru dikalangan orang-orang Malang.
  4. Dialek bahasa Jawa masih banyak digunakan di Malang dan bahkan ditambah dengan kosa kata atau sinonim tertentu yang menjadi ciri khas Malang.

    Komunikasi dengan orang Malang atau Aremania dapat terlihat berbeda dalam ucapan dan intonasinya karena mereka mungkin menggunakan bahasa dan dialek setempat yang berbeda dengan yang biasa digunakan di daerah lain. Selain itu, penggunaan bahasa dan dialek tertentu dapat mencerminkan identitas dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat, termasuk di Malang.

  5. Penggunaan huruf "w" dalam bahasa Malang dapat digunakan untuk menambahkan efek pada beberapa kata, seperti contohnya penggunaan "gwede" untuk menggambarkan sesuatu yang sangat besar dan "gwendeng" untuk menggambarkan kondisi orang yang sakit jiwa yang parah.
  6. bahwa penggunaan kata "ae" diakhir kata dalam bahasa Malang dapat menjadi ciri khas atau gaya bahasa yang diakui di Malang. Penggunaan kata "ae" pada akhir kata tersebut dapat memberikan nuansa tertentu dalam bahasa Malang, seperti memberikan nuansa akrab, santai, atau bahkan mengekspresikan rasa tidak sabar.

    Namun, seperti halnya dengan penggunaan bahasa walikan atau huruf "w" yang telah kita bahas sebelumnya, penggunaan kata "ae" perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat dan harus menghargai nilai-nilai budaya setempat. Penggunaannya harus dihindari jika dapat dianggap mengganggu atau menghina orang lain.





A


C


















ARTIKEL POPULER

edisi kusus

edisi kusus
Klik gambar... untuk melihat cerita, silsilah, foto keluarga Darmoredjo